Sabtu, 14 Maret 2015

Sedikit tentang asuransi..

Tulisan saya kali ini akan mencoba untuk membahas sedikit tentang asuransi yang saya tau. Terima kasih atas saran seorang teman di blog ini yang membuat saya jadi ingin menuliskan topik ttg asuransi di sini.

Ilmu asuransi saya ngga tinggi, krn saya hanya seorang konsumen, jadi apa yang saya bahas tentu saja hanya dari sisi pandang saya sebagai seorang konsumen. Dan seorang konsumen itu, fokusnya adalah selalu mencari harga yang termurah untuk suatu produk, dengan benefit yang sama untuk dirinya.

Almarhum ayah saya adalah seorang mantan direksi dari suatu perusahaan reasuransi, dan beliau sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun di bidang per-asuransian ini..

Jadi, dari saya kecil, saya tidak asing lagi dengan yang namanya asuransi jiwa (untuk meng-cover jiwa ayah saya sebagai satu-satunya pencari nafkah di keluarga kami), asuransi rumah (untuk memproteksi rumah kami dari kebakaran, banjir, gempa bumi dan huru hara), dan juga asuransi kendaraan. Tapi ayah saya tidak pernah beli asuransi pendidikan, dan beliau tidak pernah menjelaskan kepada kami, mengapa beliau tidak pernah membelinya..

Ketika saya SMP kelas 2, rumah saya kebakaran hebat. Dan lantai 2 rumah saya habis semua, ngga tersisa sama sekali. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa. Dan begitu ayah saya tau kami semua selamat, beliau lega dan tidak panik, karena beliau sudah mengasuransikan rumah tersebut. Dan sekitar 2 atau 3 bulan setelah kejadian itu, rumah kami dibangun kembali, bahkan dalam keadaan yang jauh lebih bagus daripada sebelumnya. Jadi, saya menyaksikan sendiri betapa pentingnya mengasuransikan rumah kita dari resiko kebakaran.

Setelah saya menikah, saya dan suami membeli rumah kecil di Bintaro untuk kami tinggali. Kami membeli rumah dengan KPR, dengan jangka waktu 16thn.

Karena membeli rumah dengan KPR, suami saya dapat asuransi jiwa dari bank sebesar jumlah utang KPR yang diambil dari bank. Selain itu, ada asuransi kebakaran juga dari bank senilai bangunan yang ditaksir oleh bank.

Tapi saya dan suami tetap mengasuransikan lagi rumah kami, krn kami juga butuh proteksi yang lebih luas, seperti proteksi dari banjir, gempa bumi, dan juga huru hara. Premi asuransi rumah dengan bermacam-macam proteksi ini sangat murah, sepertinya sekitar 5/1000 x nilai bangunan rumah kita beserta isinya (premi dibayar tiap tahun).

Selain itu, karena suami saya adalah satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga, dan kami tidak punya bisnis atau aset lainnya yang memadai yang bisa dimanfaatkan dalam memenuhi biaya hidup, maka kami harus mengambil asuransi jiwa untuk suami saya. Saat itu saya sudah mulai belajar sedikit tentang financial planning, sehingga kami memutuskan untuk mengambil asuransi jiwa TERM LIFE untuk suami saya, yang ditambahkan dengan asuransi kecelakaan di dalamnya (untuk memproteksi jiwa suami saya dari cacat atau kematian yang disebabkan krn kecelakaan). Kebetulan, saya juga tau bahwa ayah saya selalu membeli asuransi jiwa term life dan kecelakaan untuk dirinya saat anak-anaknya masih kecil-kecil.

Waktu itu, karena gaji suami juga masih kecil, dan anak kami 2 orang juga masih di bawah 3 thn, maka kami harus pintar-pintar membagi gaji suami saya untuk berbagai keperluan. Akhirnya pilihan yang kami ambil, ok, kami harus hidup super hemat, karena kami harus bayar cicilan KPR (30% gaji tiap bulan), investasi pendidikan anak (25% tiap bulan), asuransi jiwa + rumah + mobil (5%/bulan), sehingga kami harus mencoba bertahan hidup hanya dengan 40% gaji tiap bulan... hikss.. Jadi, memang masa-masa awal pernikahan saya tuh ngga penuh kemewahan hidup seperti pengantin lainnya.. :)))) betul-betul penuh perjuangan.. dan suami saya pun rela naik motor ke kantor selama 7 thn demi untuk berhemat.. :) karena kami cuma punya 1 mobil, dan suami saya ngga rela melihat saya dan anak-anak naik angkot ke mana-mana.. :)

Oya, waktu mau ambil Uang Pertanggungan (UP) asuransi jiwa itu, saya sempet bingung juga, mau ambil berapa. Tapi karena ada keterbatasan dana, kami awalnya cuma ambil sekitar 63x dari gaji suami tiap bulan. Kecil banget ya.. tapi di tahun-tahun berikutnya, UP asuransi jiwa ini selalu kami tambah (ambil asuransi baru lagi), dan saya baru berhenti untuk menambah UP sekitar 5 thn kemudian. 

Cara saya menghitung UP yang saya butuhkan untuk diambil  (ada beberapa cara menghitung UP, ini hanya salah satunya saja) :

A. Saya hitung berapa kebutuhan hidup saya sekeluarga (saya, suami dan anak-anak) dalam sebulan, kemudian dibuat setahun. misal : sebulan Rp 10jt, berarti setahun Rp 120juta.
Saya hitung, dengan return 10%/thn, kira-kira berapa total dana yang saya butuhkan, sehingga tiap tahun saya tetap mendapatkan dana sebesar ini sebagai penutup biaya hidup.
Dana yang saya harus punya = 100 : 10 x Rp 120juta = Rp 1,2 milyar.


B. Saya hitung berapa total hutang yang kami punya. misal : total Rp 150juta.


C. Saya liat apakah ada aset kami yang bisa kami cairkan sehingga apabila ada apa-apa terjadi pada diri suami saya, saya mendapatkan tambahan uang dari pencairan aset ini. misal : 1 mobil bisa saya jual, dengan harga Rp 100juta. 

D. Saya hitung total UP yang saya butuhkan = A + B - C + 1 thn biaya hidup = Rp 1,2 milyar + Rp 150 juta - Rp 100juta + Rp 120juta = Rp 1,37 milyar

Perkiraan premi per tahun = 3,5/1000 x Rp 1,37 milyar = Rp 4.795.000 ,-



Ini ada beberapa artikel bagus tentang cara menentukan UP asuransi jiwa :


 http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/01/14/12514719/Hitung.Kebutuhan.Asuransi.Kita.Yuk.

http://personalfinance.kontan.co.id/news/hitunglah-dengan-cermat-agar-ahli-waris-terjamin

http://pandjiharsanto.com/2011/12/19/tips-menentukan-uang-pertanggungan-asuransi-jiwa-dan-jangka-waktu-asuransi-jiwa/


Pengalaman saya ketika membeli asuransi jiwa, kita harus NGOMONG TERUS TERANG ke agen asuransinya, bahwa kita hanya mau beli asuransi jiwa MURNI (TERM LIFE). Kalo ngga ngomong bgtu, nyaris semua agen asuransi nyodorinnya malah unit link (asuransi + investasi). Dan itu mahal banget nanti preminya, dibanding term life.. Bedanya bisa di atas 3x lipat lbh mahal lho... 

Terakhir suami saya mengambil asuransi jiwa term life dan asuransi kecelakaan, premi totalnya sekitar 3,5/1000 x UP yang diambil. 

Untuk asuransi kesehatan, alhamdulillah kesehatan kami 100% dicover oleh perusahaan suami saya. Jadi kami tidak perlu mengambil asuransi ini. Alhamdulillah..

Asuransi rumah, mobil dan motor, kebetulan suami saya kenal dengan bbrp orang marketing dari asuransi ini. Dan mrk jg dr perusahaan asuransi bonafid. Jadi tiap thn kami selalu memperpanjang asuransi-asuransi ini dengan mrk. Untuk klaim juga ngga repot, krn sudah ada kenalannya di asuransi ini. Dari sejak beli, hanya asuransi mobil aja sih yang selalu ada klaim. Asuransi rumah, belum pernah, dan mudah-mudahan tdk akan pernah klaim selamanya.. :) aamiin.. :)

Asuransi mobil, kami mengambil yang ALL RISK. Karena mobil itu selalu ada resikonya. Mau masuk rumah, bisa nyenggol pagar, nyenggol tembok. Di luar rumah, bisa dipepet motor, ditabrak mobil lain, dibeset orang, dsb. Jadi kami selalu ambil asuransi all risk untuk mobil, ngga pernah mau TLO (total loss only, alias hanya memproteksi resiko rusak berat di atas 80% atau hilang).

Asuransi pendidikan... karena ayah saya ngga pernah ambil asuransi ini, saya juga ngga kepikiran untuk ambil asuransi ini. Dan kemudian terjawablah pertanyaan saya mengapa ayah saya tidak pernah mau mengambil asuransi pendidikan. 

Waktu itu saya lagi ke gramedia cari2 buku investasi, dan saya nemu buku Safir Senduk " Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak". Buku ini sampai sekarang saya anggap sebagai buku terbaik yang membuka mata saya tentang financial planning. Saya akhirnya telfon langsung ke penerbitnya, untuk memesan buku2 Safir Senduk yang lain, yang tidak dijual lagi di toko buku, dan saya dikirimkan semua bukunya. Ada yang tentang Mempersiapkan Program Pensiun, Mengantisipasi resiko (belajar ttg asuransi), Siapa bilang jadi karyawan ngga bisa kaya, dll..

Kenapa Safir, seperti juga ayah saya yang orang asuransi tidak pernah mau membeli asuransi pendidikan...?

Karena pada umumnya, uang jaminan yang diberikan oleh asuransi pendidikan itu hampir selalu tidak mencukupi biaya yang dibutuhkan.. sedangkan preminya termasuk mahal. Itulah kenapa akhirnya ayah saya lebih suka menginvestasikan uangnya di tanah, sawah, rumah, untuk  biaya pendidikan daripada beli asuransi pendidikan untuk anak-anaknya...

Sedangkan financial planner, mereka lebih merekomendasikan untuk membeli reksadana dan membeli asuransi jiwa term life sebagai ganti membeli asuransi pendidikan..

Sekarang di bank, banyak produk unit link pendidikan ini (asuransi jiwa + investasi), dan saya termasuk salah satu "korbannya", ketika masih belum melek finansial dulu :)))) Memang sih kalau dibandingkan dengan menaruh uang di deposito, ya memang masih lebih baik beli produk ini (berdasarkan ilustrasi yang mereka taruh di brosur). Tapi bila kita sudah mengenal produk2 investasi dan asuransi, ya sebaiknya beli terpisah aja, soalnya lebih murah jatuhnya.. :)

Pengalaman saya, dulu waktu beli produk ini, untuk penambahan unit aja, ada biaya 5% dari jumlah pembelian kita. Jadi misalnya kita top up dana 1juta, 5% itu dipotong sebagai biaya pembelian. 5% gede banget yahh.. kita beli saham  aja cuma 0,15%.. kalo beli reksadana, cuma 2% kalo ngga salah.. 

Terus untuk proteksi asuransinya, premi yang kita bayar bisa 10x lipat lebih mahal daripada membeli asuransi term life. Tadi saya tulis, suami saya kena premi skitar 3,5/1000 dari UP ketika membeli asuransi term life dan asuransi kecelakaan. Tapi di produk ini, kami harus membayar 5/100 dari UP sebagai preminya (hanya untuk asuransi jiwanya saja, tanpa kecelakaan... oh nooo... )

Itulah kenapa akhirnya saya pun sepakat dengan financial planner yang menyarankan untuk tidak membeli unit link. Bagi yang tidak sependapat dengan saya, saya ngga mau membahas tentang ini, ya. Saya bicara hanya berdasarkan pengalaman saya. Kalo ngga setuju, silakan, tapi saya ngga mau membahas ini lebih jauh lagi.. :)

Ini beberapa artikel yang mungkin bermanfaat tentang unit link :


http://priyadi.net/archives/2007/10/18/hitung-hitung-asuransi-unit-link-vs-terpisah/


http://priyadi.net/archives/2007/06/10/asuransi-unit-link-vs-reksadana/


http://www.aidilakbar.com/2015/02/kesalahan-ketika-beli-asuransi/

http://www.qmfinancial.com/catet-saya-ligwina-hananto-saya-tidak-membeli-asuransi-unitlink-p/

Ok, saya pikir ini aja tulisan saya ttg asuransi. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi orang yang awam. Karena kalo udah canggih ilmu finance-nya, saya yakin ga akan mau baca blog saya.. :) mohon maaf kalo tulisannya agak berantakan, soalnya saya lg agak sakit kepala pas nulis ini. kebanyakan tidur kynya, krn hari ini weekend ngga ke mana-mana.. hehe..


Regards,
V3









12 komentar:

  1. Thx bu fitri atas sharingnya. Slalu asik membaca tulisan anda di blog ini.

    Sy juga mau ikut meng-sharing sedikit tentang asuransi, tp khususnya asuransi jiwa dan kesehatan. Dulu sebelum sy berkeluarga, cuek terhadap hal penting ini. Pikirnya cuman berusaha tanpa memikir panjang dan resiko jiwa dan kesehatan, maklum masih bujangan.

    Setelah sy married bbrpa thn yg lalu, sy mulai mencari asuransi yg cocok buat keluarga sy, baik dr segi manfaat maupun beban premi. Sulit sy temukan produk yg ideal, tdk kurang sy ngobrol dan meeting sama agent-agent asuransi dr aneka perusahaan tp penawarannya lebih kurang sama, ujung-ujungnya berinvestasi dan premi mahal. Karena sy sudah berinvestasi di property dan saham dan sy sadar ROI'nya, kurang masuk akal jika sy beli unit-link. Seperti yg ibu bilang, biaya akuisisi dan lain-lain mengerus uang yg kita setor.

    Lalu tanpa sengaja, 2 thn yg lalu sy berjalan2 sama istri ke mal, dan kebetulan istri suka masak, jadi kami mampir di gramedia mencari buku masak, disitu pula sy ktmu buku yg menurut sy sangat membantu sy dlm memilih produk asuransi kesehatan dan jiwa. Judul buku itu "Salah kaprah memilih asuransi" by Rianto Astono.

    Dari buku itu sy banyak belajar tentang perbedaan antara unit-link dan asuransi murni dan opini penulis tentang mengapa lbh masuk akal membeli asuransi murni. Tentunya pilihan ini bs diperdebat, tapi seperti ibu blng, masing-masing punya opini dan pikiran tersendiri, jadi tdk perlu dibahas karena jika di banding, tidak akan ada titik ujungnya, yg penting kita merasa nyaman, terproteksi dan ideal dgn produk asuransi yg kita beli.

    Setelah membaca buku itu, sy kembali riset di internet dan schedule pertemuan dgn berbagai agent asuransi menanyakan kembali tentang produk-produk yg mungkin mrk abaikan utk memberi tau sy sebelumnya, dan dgn segala kalkulasi atas manfaat, hutang, kebutuhan hidup dan kemampuan dlm pembayaran premi, akhirnya sy memutuskan utk join ke asuransi manulife dgn paket asuransi jiwa dan kesehatan murni NON-INVESTASI.

    BalasHapus
  2. Beberapa alasan sy membeli produk manulife:

    1. COST EFEKTIVE. Asuransi murni tanpa investasi umumnya memiliki proteksi yg cukup memuaskan dgn beban premi yg sangat wajar. Sy memakai kata cukup memuaskan, karena jika mau upgrade ke yg lbh bgs, ada saja dgn tambahan premi. tapi kurang masuk akal kalau kita mempersiapkan asuransi yg berlebihan di masa muda dan memberatkan keuangan kita dgn beban premi yg harus kita bayar. Jadi, idealnya kita beli asuransi sesuai kebutuhan saja, tdk perlu berlebihan.

    2. SINGLE POLIS. Saya sebagai kepala keluarga dan satu-satunya yg memberi kontribusi income ke keluarga, sy lah satu-satunya yg membutuhkan asuransi jiwa. Sedangkan istri dan anak tidak butuh. Nah, pas sekali dgn manulife ini, kami bisa membeli single polis dmn sy sebagai pemegang polis utama diharuskan utk mengasuransikan jiwa, sedangkan istri dan anak cukup ditempelkan ke polis sy dan membeli rider "hospital benefits" (kesehatan) saja, ideal sekali, sesuai dgn apa yg sy butuhkan. Dan menariknya, utk polis yg sy ambil ini, maksimal premi yg akan sy bayar adalah suami+istri+2 anak, utk anak ke 3 dan seterusnya GRATIS. ( wkakaka membuat sy jd pengen punya byk anak nihhh :P )

    3. FLEXIBLE. Karena ini merupakan asuransi murni, dan sy hanya ambil kontrak utk masa 10thn (max bs 20thn dgn premi yg lbh mahal sedikit). Ini bukan berarti sy terikat selama sepuluh tahun, tapi kebalik, manulife yg terikat slama 10thn tidak boleh menaikan premi asuransi jiwa sy slama 10thn. Sedangkan, utk premi kesehatannya, setiap x nasabah capai kepala baru dlm usia, otomatis premi akan ada adjustments. Karena tidak ada ikatan investasi sy di polis ini, nanti suatu saat jika diluar sana ada asuransi yg lbh bagus, sy dgn gampang switch tanpa harus pikirin uang yg tertanam di asuransi sy saat ini, karena tidak ada. Tentunya ms akan ada pertimbangan lain, masalah cost dan umur dan claim waiting period dll. Tp itu kira-kira gambarannya.

    4. SYSTEM CLAIM utk manfaat kesehatan. Beda dgn beberapa asuransi lain yg sy kenal, manulife memberikan claim per kasus. Jadi plafonnya per claim bukan per tahun. Selain itu mrk juga menerima double claim, sehingga jika suatu hari nanti sy memiliki asuransi kesehatan lain (mungkin kalau kebutuhannya sudah ada dan sy ktmu produk yg lbh bagus), manulife tetap menerima invoice fotocopy utk memproses claim.

    Jadi itu adalah beberapa alasan sy ambil asuransi yg sy ambil. Utk perhitungan pertanggungan jiwa, lebih kurang sama dgn ibu fitri cara hitungnya.

    Sebagai gamabaran, produk manulife yg sy ambil itu "PRO ACTIVE PLUS" dgn premi dibayar tahunan (tahunan lbh irit biaya admin, tp dgn kartu kredit ttp saja dicicil ke bank tanpa bunga 12x haha).

    Premi utk jiwa 1M = 3.550.000 (0,355%)
    Premi utk kesehatan (kamar inap 1jt) total sy + istri + 1 anak = 5.988.000

    Jadi total premi yg sy bayar per tahun = 9.538.000

    Jika di bagi per bulan, premi bulanan asuransi sekeluarga kami hanya Rp795.000 (dibulatkan). Menurut sy, sulit diluar sana mau cari asuransi yg cost efektif seperti ini, mungkin kalau ada teman lain yg ingin sharing juga, produk lain yg bagus dan cost efektif?

    n/b: kalau mau asuransi rawat jalan yg bagus, silahkan checkout "mediplus" by lippo insurance :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah sama pak, saya juga dulu sempat ambil Pro Active ini.. Pertama kali saya beli, thn 2003. saya ambil term life 10 thn. Kemudian ketika jatuh tempo, ngga saya perpanjang lagi. Karena sekarang jadinya kami sudah over-insured. Alhamdulillah investasi kami di saham dan properti berkembang dengan baik, sehingga proteksi jiwa yang kami butuhkan pelan-pelan mulai bs dikurangi sejak 2013.. :) makasih infonya pak ali, sangat bermanfaat nih sharing produk asuransinya.. :)

      Hapus
    2. Pemikiran ibu sama dgn saya. Jujur sy ambil manulife utk keperluan jangka pendek. saya juga ambil term life 10thn. Jadi, menurut sy skrg bukan saatnya memilih produk yg super utk jangka wkt yg panjang. Mengapa? krna:

      1. Byk perubahan yg akan terjadi dlm 10thn yg akan dtng, mungkin nanti akan ada produk yg lbh kompetitif dan bagus, sapa tau? welcome MEA (kompetisi slalu bgs buat konsument). Walaupun asuransi itu lbh tua premi lbh mahal, tp klo kita bisa menghasilkan investasi yg lbh tinggi, mau brpa pun kita ttp saja sanggup, jadi FOKUSKAN KE INVESTASI, dgn proteksi yg cukup tdk berlebihan hingga kita lbh mampu nnti.

      2. Dgn proteksi yg kita beli skrg, boleh dipastikan 10thn lagi sudah tidak akan cukup utk cover keperluan kesehatan. Jadi mau ga mau hrs diupgrade dgn tambahan biaya, jadi sama saja, makanya sy slalu sarankan ke tmn utk beli secukupnya sesuai dgn kebutuhan dan kemampuan. kebutuhan susah di hitung klo buat kesehatan, salah 1 cara yg sy pakai adalah lwt usia dan pekerjaan. di usia prima hrsnya kita cenderung sehat tapi menjelang tua, nah itu baru rawan. sama dgn pekerjaan. jika lbh byk di kantor ya resiko lbh kecil, klo org lapangan, mungkin hrs lbh perhatikan rider seperti "critical dan cacat, etc". Itu hanya gambar saja buat pemasukan, tentunya dlm hidup tidak ada yg bisa tau apa yg akan terjadi.

      Hapus
    3. Kalo dibuku Safir Senduk yg ttg asuransi, asuransi kesehatan tdk kita butuhkan di masa tua, krn biaya kesehatan nanti mestinya sdh termasuk dalam dana pensiun kita, Pak. Krn itu investasi harus dilakukan sedini mungkin, termasuk mengumpulkan dana pensiun, krn semakin panjang waktu investasi, biasanya hasil investasi kita akan semakin baik. Untuk masa produktif, selain ambil asuransi kesehatan secukupnya, imbangi jg dgn pola makan sehat + olahraga rutin + istirahat yang cukup + ibadah yang rutin. Mmg sepertinya klise. Tapi kalo smua kita lakukan sekaligus, daya tahan tubuh kita akan semakin membaik, krn secara jasmani dan rohani, kita dlm kondisi baik. Kalo kita ngga gampang sakit, ini semakin menolong kita utk tdk terlalu tergantung dgn asuransi kesehatan.. :) aduhh, i'm sounded like very emak2 bgt yahh.. :))))

      Hapus
  3. @Alianto chan? bagaimana caranya bisa cicil asuarnsi via kartu kredit? saya paka manulife juga. Untuk Ibu V3 dan Pak Alianto apabila si agen dengan alasan kita selamanya kerja dan ditanggung perusahaan kesehatannya mknya perlua masuk asuransi unit link nah ini jawabannya bagaimana?

    BalasHapus
  4. Mengenai cicilan via kartu kredit, jika bpk bayar premi secara bulanan ya kurang logis jika minta kartu kredit jadikan cicilan, tapi kalo bpk ambil premi yg dibayar secara quarter (per 3 bln), half-yearly (per 6 bln) ato annually (per 12 bln) bisa. caranya, bpk register ke manulife utk auto-debit dr kartu kredit jika belum, tinggal download formnya di situsnya atau minta agent bpk utk urusin. sebelum itu, bpk tanya dlu ke CS kartu kredit bpk jika mereka ada kerjasama dgn manulife, rata-rate sekarang hampir semua kartukredit bekerjasama dgn merchant kesehatan dan asuransi. pada saat premi sudah di charge ke kartu kredit bpk, bpk tinggal tlp ke CS kartu kredit utk dijadikan transaksi tersebut ke cicilan tetap.

    Sy tidak tau apa alasan agent bpk memberikan saran seperti itu, tp kembali lagi ini kan hanya saran dia, keputusan mau ambil unitlink maupun murni, semua keputusan ditangan bpk utk menentui.

    Sy akan saran teman sy utk masuk unitlink jika:

    1. Dia orang yg cuek terhadap investasi dan tidak ingin tau dan terjun ke dunia investasi. Jadi dari pada tidak ada sama sekali, mendingan ambil unitlink, paling tidak ini akan menghasilkan uang dimasa panjang yg akan datang.

    2. Dia orang yg tidak berkomitment terhadap penggunaan keuanganya sendiri. Investasi itu butuh pengorbanan dan komitment janka panjang. Jadi, kalau dia tidak bisa mengatur uangnya dgn baik dan boros, paling tidak lwt unitlink, dia terikat sehingga mau ga mau tiap bulan dia nyicil kesana.

    Nah, jika bpk adalah seorang investor, mungkin bpk bisa menghitung kembali, mana yg lbh rewarding (menguntungkan), berinvestasi di instrument yg sudah bpk investasikan selama ini, atau unitlink. Mungkin itu bisa memberi sedikit gambaran. Karena sesungguhnya, beda premi utk asuransi kesehatan+jiwa antara unitlink dan murni, lbh kurang 1 : 3. Cukup lumayan selisih uang ini. Smoga membantu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. pak anonim, coba deh bapak beli buku SHOCKING UNITLINK karangan aidil akbar madjid, financial planner. Mungkin itu akan sedikit membuka mata bapak, kenapa unitlink sebaiknya tdk kita beli.. :) saya pikir info dari pak ali, dan juga dari bbrp link yang saya cantumkan di atas, sdh cukup sebagai warning thd produk ini. tp akan lebih baik apabila bapak membaca lgsg dr buku shocking unitlink tsb.. nanti bisa shock beneran soalnya :)))

      Hapus
    2. Duhhhh, kmrn pengen rekomen manulife ke teman yg membayar lbh dr 3jt/bln utk asuransi jiwa/kesehatan sekeluarga di prudential, tapi sayangnya, saat ini manulife sudah upgrade programnya ke proteksi yg lbh bagus tentunya DGN PREMI YG LUAR BIASA LBH PREMIUM PULA.

      Sangat menyayangkan sekali program baru manulife uda harus bayar 3xlipat lbh mahal dr apa yg sy bayar saat ini. Sebelumnya kenaikan premi kesehatan hanya dinaikin setiap ulang thn dgn kepala baru (contoh capai usia: 30thn, 40thn, 50thn dst, tapi sekarang uda diperkecil ke setiap 5thn, pas pula tmn sy usia 35 jadi kena dah premi mahal). dgn premi yg jauh berat, akan membuat org pikir panjang sebelum memutuskan utk join.

      Jika ada yg punya asuransi jiwa/kesehatan yg bagus dan terjangkau, boleh disharing ya, tentunya diluar BPJS yg kita uda pada tau murah dan terus membaik kualitasnya (mudah2an 5-10thn lagi, BPJS bs bener2 diperuntukan utk kebutuhan kesehatan sekeluarga, sehingga lbh terjangkau).

      Hapus
    3. Saat ini utk asuransi KHUSUS KESEHATAN yg paling bagus dan murah adalah "MEDIPLUS" dari Lippo grup.

      Keunggulan:
      - Rawat jalan ditanggung semua
      - Rawat inap kelas 1 di semua rumah sakit Siloam
      - Total tanggungan kesehatan per tahun max 300jt
      - Langsung register detik itu langsung aktif bisa dipakai, tapi ada 4 pengecualian yg ada waiting time selama 7 bln: kanker otak, bedah jantung, penyakit kronis dan hypertensi
      - Premi sangat terjangkau, 1keluarga: suami, istri dan dua anak, setahun bayar premi 7,98jt saja.

      Kelemahan:
      - Hanya bisa diperuntukan di rumah sakit: siloam, bethsaida dan rekan-rekannya saja utk saat ini
      - Tidak semua dokter di Siloam terdafter sebagai mitra, tapi setiap bidang pasti ada dokternya
      - Saat konsultasi agak repot, harus ikutin prosedurnya, mulai dari kasir mediplus lalu rujuk ke dokter umum dlu, lalu jika butuh baru dirujuk lagi ke specialist dst, tapi dgn premi yg murah dan dapat perawatan dr rs kelas internasional menurut aku sangat worth it

      Utk lebih detail coba saja kunjung ke rs siloam yg mana saja, lalu visit booth mediplus. smoga bermanfaat ya.

      Pengalaman pribadi sy:
      Wkt itu sy sering sakit pinggang, lalu konsul ke dok, katanya hrs di USG tapi tdk jelas, jadi hrs di MRI utk hasil yg lbh pasti. Tapi klo MRI uda hrs keluar biaya 2-3jt dan manulife tidak bisa tanggung kecualikan rawat inap 1x24jam.

      Nah pas anak sy imunisasi di siloam, jadi ktmu dah dgn marketing mediplus, stlh mendapat penjelasan dr marketing, sy coba percaya dan join (hanya sy saja, tdk sekeluarga, krna takut dijebak, dgrnya sih too good to be true ya asuransi yg bgitu bagus), sy bayar 3,6jtan utk single premi 1thn (byrnya pun di cicil dgn kartu kredit cimb 12x, sampai kini ms blm habis tuh cicilannya haha),,, nah bgitu dah join di hari itu juga, langsung sy mulai rujuk ke dokter, 1 per 1 sy lewatin dgn berbagai test, dan akhirnya terdiagnosa kena batu ginjal. Singakt cerita, akhirnya sy rawat inap dan operasi utk keluarkan batu2nya, dan semua biaya ditanggung 100% oleh mediplus senilai 40jtan total 2xoperasi (krna mediplus kerjasama dgn siloam makanya lbh murah, jika tanpa asuransi mediplus, harusnya bisa habis 60-80jt tuh 2xoperasi).

      Beruntung ya? hahaha cerita sy belum selesai. Karena sy juga ada manulife yg bisa double claim, jadi sy minta ke kasier siloam utk print copy invoice, enaknya di siloam mrk sudah mengerti dan sangat profesional. Siloam hanya kenakan sy biaya Rp5000 / set invoice yg diprint dan mau brpa set pun mrk print. Dulu, pernah dgr cerita dr teman, kalo rs kadang suka persulit jika diminta copyan invoice kalo yg asli uda diberikan ke perusahaan asuransi pertama yg menanggung biaya, mrk suka tolak mengprint ulang, tp siloam tidak.

      Dan akhirnya saya kirimkan claiman saya senilai 40jtan total sesuai apa yg tertanggung oleh mediplus ke kantor manulife di sudirman, 11 hari kemudian, uang cair 100% juga dan langsung di trf ke rekening BCA sy. Sakit tapi beruntung, tp jika dipilih sih sy tetap bermohon, lbh baik tdk sakit. Tapi karena sudah terjadi, ya, sy bersyukur saja karena sdh memiliki 2 asuransi yg sangat bermanfaat utk keperluan kesehatan.

      Thankyou mediplus dan manulife :) smoga cerita singakat bermanfaat ya buat yg blm punya asuransi kesehatan.

      Hapus
    4. makasih pak ali utk infonya ttg asuransi, mdh2an bisa bermanfaat untuk yg lain yg sedang mencari asuransi kesehatan.. :)

      Hapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus