Jumat, 25 September 2020

Seberapa undervalued BMTR sehingga LKH mau beli sahamnya?

 Kemarin2 di media massa, sibuk membahas tentang LKH yang beli BMTR. Karena rumor itu juga, saya jd ikut buka LK q2/2020 BMTR, utk cari tau, kira2 di mana menariknya saham ini. Tapi stelah beritanya keluar, harga BMTR naik trs, sehingga saya ngga mau bahas di sini.

Hari ini, stelah BMTR turun cukup dalam dr 358 ke 202, barulah saya minat nulis ttg undervaluednya BMTR versi saya. 

Btw, krn buka LK q2/2020 BMTR dan MNCN, saya jd tertarik dan beli saham mrk. Saya punya BMTR di 218 dan MNCN di avg 854, rencana msh minat utk avg down, kalo nanti sahamnya turun lagi :)

Jadi, selain ngejar deviden sbg pasif income, ada maksimal 10% portfolio saya yang saya beli dgn tujuan mengejar capital gain, alias bukan utk invest long term. Tapi saya akan jual bila sdh cuan minimal 100% di saham2 ini, jd asli memang mengejar capital gain tujuannya :)

Saat ini ada INKP, BMTR, MNCN, JRPT dan WEGE di sana (porsi paling kecil di wege krn arus kas operasinya masih negatif).

Kita cb bahas BMTR ya. Sekarang harga BMTR = Rp 214.

Nett value BMTR = Rp 503,77/lembar saham

cara menghitungnya = (jumlah ekuitas total BMTR - jumlah total liabilitasnya) : jumlah semua saham yang beredar


Book valuenya = Rp 743,84

cara menghitungnya = total ekuitas yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk : jumlah saham beredar

Di harga Rp 214, PBV = 214/743,84 = 0,29


EPS Q2/2020 BMTR = Rp 38,71, sehingga EPS annualized BMTR 2020 = 2 x Rp 38,71 = Rp 77,42

PER annualized BMTR di harga 214 = Rp 214 : Rp 77,42 = 2,76 ---> PER sangat menarik


Yang lebih membuat PER ini menarik adalah : pertumbuhan laba BMTR q2/2020 thd q1/2020 = 293,4% (data saya dapat dr HOTS). jadi selain harganya murah bgt, labanya jg sedang meningkat pesat. Begitu jg dengan MNCN :)


Arus kas operasi/lembar = Rp 98,05 ---> estimasi arus kas operasi thn 2020 BMTR = 2 x Rp 98,05 = Rp 196,1

Alias, bila kita beli di harga Rp 218, dalam waktu setahun lebih, modal kita sdh kembali dalam bentuk arus kas operasi yang dihasilkan oleh BMTR..


Jadi, krn data2 di ataslah akhirnya saya jg ikut membeli BMTR, wlpn dengan harga yang lebih mahal drpd LKH (saya baca, modal avg LKH di BMTR = Rp 200/lembar). 


Disclaimer on. Bukan ajakan membeli. Resiko rugi, tanggung sendiri :)


Warm Regards,

V3





Kamis, 24 September 2020

Bagaimana caranya mengharapkan deviden saham sebagai pasif income?

 Menyambung posting sebelumnya, ada yang menanyakan kepada saya, bagaimana caranya bisa mengharapkan pasif income dr deviden saham?

Saya jawab, pertama : harus cari dulu sektornya yang growing, yang bs dijadikan sebagai investasi jangka panjang. Tentu saja saham komoditas ngga masuk di sini ya. Saham komoditas cuma bs diandalkan untuk swing trading, atau invest semi long term, misalnya jual dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Itu pun belinya harus di saat kita tau bahwa harga komoditasnya sdh di bottom, jangan di peak.

Selain itu, cari perusahaan yang arus kas operasinya bagus, kalo bisa arus kas operasi jauh lebih besar daripada laba bersih, jd kita yakin bahwa perusahaan ini bisa make money, make real money.. 

Terakhir, cari perusahaan yang rajin bagi deviden, setiap thn selalu bagi deviden. Atau kalo dia dulu ngga rajin bagi deviden (mungkin krn kinerjanya belum stabil), sekarang2 ini dia sdh mulai rajin bagi deviden.


Waktu itu saya sdh pernah bikin simulasi deviden yang bs diberikan oleh bbrp saham. Ini saya mau tuliskan lagi simulasi deviden dari saham BJTM. 

Sekarang harga BJTM = Rp 505.

EPS Q2/2020 BJTM = Rp 51

Eps annualized 2020 BJTM = 2 x Rp 51 = Rp 102

Devidend payout ratio BJTM thn 2020 = 57%

Estimasi deviden BJTM thn 2021 = 0,57 x Rp 102 = Rp 58,14

Pertumbuhan laba BJTM 5 thn terakhir = rata-rata 7,96%/thn (ini sudah jauh lebih besar daripada pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sekitar 5%/thn selama 5 thn terakhir).

Jadi, asumsi kita, laba BJTM akan tumbuh 7,96%/thn selama 10 thn ke depan.





Dari hitungan di tabel atas, terlihat bahwa thn 2021, devidend yield yang kita dapatkan dr saham BJTM kita = Rp 53,02 : Rp 505 = 10,5%.

Nilai devidend yield kita akan terus naik, hingga di thn 2032, kita akan mendapatkan devidend yield sebesar 29,95% dari saham BJTM yang kita beli di harga Rp 505 thn 2020.

Untuk saya, bs dapat devidend yield 20%/thn sdh bagus banget, krn tanpa kerja keras pun uang trs masuk ke rekening kita dgn return 20%/thn. Ini belum lg kenaikan nilai dr capital gain. 

That's why, dalam krisis kali ini, saya mulai bikin pondasi portfolio yang bs saya andalkan devidennya sbg pasif income saya di masa pensiun nanti.. 

Tiap bulan, saya akan trs menambah lot-lot ke income stocks yang saya punya, mana yang lg koreksi dan masih murah, itu yang saya beli. Kalo harga saham lg pd naik dan terasa mahal , uangnya simpen dulu. Biasanya, dalam keadaan bursa yang normal, kita punya bulan agustus-oktober untuk belanja saham diskon. Jadi kumpulin aja uangnya utk belanja di bulan2 itu :)


Ok, ini aja sharing dari saya.

Selamat berinvestasi saham. Semoga saham kita semua akan memberikan hasil yang bagus di masa depan. Aamiin.. 


Warm regards, 

V3



Rabu, 23 September 2020

Beberapa saham yang bagus untuk mendapatkan pasif income dr deviden

 Dari beberapa saham yang saya miliki, ada beberapa saham yang saya pikir bisa cukup diandalkan untuk mendapatkan pasif income dr deviden. 

Kriterianya : sektornya growing, rajin bagi deviden, dan kalo bisa deviden yieldnya sdh di atas bunga deposito.

Ini beberapa saham pilihan saya :


1. BJTM dan BJBR 

Dua-duanya adalah bank pemda jawa timur dan pemda jawa barat. Mayoritas nasabahnya adalah ASN kedua provinsi tsb, sehingga profil resikonya bs lebih terukur. Selain itu, kedua bank ini sudah pasti akan memberikan deviden, krn devidennya diharapkan sebagai salah satu sumber APBD kedua propinsi tsb.

Bank pemda ini ibarat duitnya muter di situ2 aja. Dapat tabungan dr ASN, pinjaman diberikan kepada ASN, devidennya sbg salah satu sumber APBD, di mana nanti uang deviden bisa jadi akan masuk kembali ke bank tsb sbg salah satu sumber pendanaan. Dan ini yang membuat investasi di sini jauh lebih menarik buat saya, drpd di bank BUMN buku 4. Selain itu, PER-nya masih di bawah 6x, pbv jg msh di bawah 1x, shingga deviden yieldnya besar. 


BJTM, based on LK Q2/2020, sekarang di harga Rp 510, PER = 4,97. Bila devidend payout ratio thn dpn sama dengan thn ini, maka estimasi devidend yield utk BJTM thn 2021 (dengan LK full year 2020) = 12,96% . 

BJBR, based on LK Q2/2020, sekarang harganya Rp 880, PER = 5,36. Bila devidend payout ratio thn dpn sama dengan thn ini, maka estimasi devidend yield utk BJBR thn 2021 = 11,45%.


2. RANC, sdh dijelaskan di posting sebelumnya. Silakan dibaca ya :) Di harga Rp 400, bila devidend payout ratio thn depan sama dengan thn ini, maka estimasi devidend yield thn 2021 = 13,4%


3. TLKM. Saham telkom lagi trs dibuang buang skrg, tp malah membuat saya cicil beli di saham ini. Telkom thn ini membagi 90% laba sbg deviden. Bila devidend payout ratio thn depan sama dengan thn ini, maka telkom di harga Rp 2750, bisa memberikan devidend yield 7,26% thn depan. Ini nilai devidend yield yang sangat besar utk emiten sekelas tlkm. Seingat saya, sejak 2010, saya belum pernah menemukan devidend yield TLKM sebesar ini.


4. POWR. Ini termasuk saham infrastruktur yang lagi dibanting. Prospeknya ke depan jg bagus, krn dia penyedia listrik bagi kawasan industri cikarang. Selama kawasan industrinya jalan trs, tentu akan trs butuh listrik. Di harga Rp 580, PER-nya 9x , PBV 0,9. Estimasi devidend yield thn depan skitar 9,6%, dengan devidend payout ratio yang sama dgn thn ini.


Ada beberapa saham lagi, yang bs buat pasif income dr devidend. Tapi 4 itu yang saya anggap paling menarik, dan msh cukup likuid sahamnya. 


Bagaimana cara menghitung estimasi devidend yield thn depan?

Pertama, kita cari tau, berapa kira2 devidend payout ratio (DPR)  thn depan. Caranya bs dgn melihat rata2 DPR bbrp thn terakhir. Tapi krn saya cukup malas melakukan itu, saya hanya memakai angka DPR thn 2020 aja (jadi patokan labanya adalah laba full year 2019).

Setelah itu, kita hitung, berapa kira2 EPS full year emiten thn 2020. Krn yg kita punya adalah LK q2/2020, maka saya hanya menggunakan data EPS q2/2020 x 2. 

Terakhir, kita bs hitung devidend yield thn depan dgn menggunakan data estimasi EPS yang kita punya.


Misalnya, saham TLKM.

EPS q2/2020 = Rp 110. Estimasi EPS full year 2020 TLKM = 2 x Rp 110 = Rp 220.

DPR tlkm thn ini = 90%. Estimasi deviden tlkm thn depan = 0,9 x Rp 220 = Rp 198

Harga TLKM skrg = Rp 2750. Estimasi devidend yield tlkm thn dpn = 198 : 2750 = 7,2%


Cukup simpel kan. Walaupun hasil ini jg belum tentu pasti benar, karena :

1). Kita menggunakan data estimasi EPS full year 2020. Angka aktualnya nanti bisa saja berbeda.

2). Kita menggunakan asumsi DPR sama dengan thn ini. Angka DPR thn depan bisa saja berbeda.


Tapi ya memang beginilah investasi saham. Semua hitungan, semua analisa, semua prediksi, bisa aja salah. Tapi selama kita pegang saham yang jelas, sektornya growing, emiten rajin kasih deviden, belinya ngga terlalu kemahalan, pd akhirnya semua akan jadi investasi yang baik , seiring dengan berjalannya waktu.. :)


Selamat berinvestasi saham. Semoga investasi saham kita akan memberikan hasil yang baik di masa depan. Aamiin.. :)


Warm regards,

V3