Kamis, 19 April 2012

Artikel ini yang membuat saya meninggalkan trading saham dan mulai fokus ke investasi saham dengan menggunakan analisa fundamental..

Saya mulai trading saham sekitar bulan April 2008. Sebelumnya sempet belajar candlestick dulu dr buku Santo Vibby (dikasih temen kuliah) dan juga ikutan KDT (kursus dasar trading) di bwh Jclub (Eyang Ratman).

Sebelumnya, bulan Maret 2008, saya sempat beli buku "Menilai Harga Wajar Saham (Stock Valuation)" karangan Andy Porman Tambunan.
Tapi namanya baru belajar, jadi apa yang dibaca kadang juga ngga langsung masuk ke dalam otak, cuma nempel sebentar, trs hilang lagi.. :)

Tahun 2010 awal, karena abis cut loss banyak di saham bakrie, saya mulai mencari tahu, trading style sperti apa yang sebenarnya cocok utk saya.
Akhirnya saya mulai baca-baca lagi semua buku ttg saham yang saya punya, termasuk juga bahan-bahan waktu saya ikut kursus dulu (sejak nyebur ke saham, saya banyak sekali ikut kursus2 saham, baik trading atau investasi, hampir tiap bulan nyaris selalu ada saja kursus yang saya ikuti).

Sampai akhirnya saya menemukan artikel ini lagi, dan artikel ini lah yang membuat saya jd terpacu untuk mendalami analisa fundamental, dan mulai meninggalkan trading.. 

Saya mau tulis ulang artikelnya di sini karena saya sangat terkesan dengan artikel ini, dan semoga bisa dibaca juga oleh yang lain. 

Saya sarankan sih untuk beli buku aslinya, karena banyak real story di buku ini, yang tidak kita dapatkan di buku2 saham yang lain.. :)

Tulisan ini dikutip dari buku "Menilai Harga Wajar Saham" kar. Andy Porman tambunan, hal 59 - 61, dengan judul "Smart Money".



"SMART MONEY"


Dalam sebuah resepsi, seorang teman bertanya tentang perkembangan saham UNVR (PT Unilever, Tbk.). Kebetulan dia bukan profesional di pasar modal dan baru kembali dari Jerman setelah menyelesaikan pendidikan. Jadi, wajar saja kalau tidak terlalu mengikuti perkembangan harga-harga saham di Indonesia.

Saya menjelaskan sebisanya dengan diakhiri sebuah pertanyaan, "Anda memiliki saham Unilever?"

Dia menjawab, "Oh.. ibu saya punya 100lot. Almarhum ayah saya membelinya sewaktu IPO dan masih disimpan di safe deposit box di bank. kalau tidak salah, ibu saya menerima deviden setiap tahun."

Saya tercengang mendengar jawaban itu. Lalu saya menyarankan agar dia segera mengkonversikan saham tersebut karena saat ini perdagangan saham tidak menggunakan warkat lagi. Sudah scriptless.

"Lagi pula UNVR akan melakukan stock split satu berbanding sepuluh. Nanti jumlahnya jadi lima ratus ribu saham," lanjut saya.

Alangkah bijaksana almarhum ayahnya. Beliau mewariskan sesuatu yang sangat berarti bagi kelanjutan hidup keluarganya. Salah satunya saham UNVR tadi. Bukan junk stock yang diwariskan beliau, tapi income stock. Seperti kita ketahui, UNVR cukup rajin membayarkan deviden tahunan. tetapi... tunggu dulu! Berapa jumlah saham si Ibu sekarang ini? 

Jika waktu IPO sang Ayah membeli 100lot, mari kita lihat history stock saham UNVR berikut.


  • 1 November 1982 : IPO @ Rp 3175,- per saham dengan nominal Rp 1000,- per saham. Berarti harga modal saham si Ibu adalah 100lot x 500 saham x Rp 3175,- = Rp 158.750.000,-
  • 11 Juli 1989 : saham bonus 1 : 6 (artinya, tiap 6 saham lama mendapat bonus 1 saham baru), berarti si Ibu mendapat tambahan 8333 saham, sehingga total saham yang dimilikinya menjadi 58.333 saham
  • 7 maret 1993 : saham bonus 6,688 : 100 (artinya, tiap 100 saham lama mendapat bonus 6,688 saham baru), berarti si Ibu mendapat tambahan 3901 saham, sehingga total yang dimilikinya menjadi 62.234 saham
  • 6 November 2000 :  Stock split 10:1 (artinya, 1 saham lama dipecah menjadi 10 saham, dan nilai nominal menjadi Rp 100,- per saham), berarti total saham yang dimiliki sang Ibu menjadi 622.340 saham
  • 15 September 2003 : Stock Split 10 :1 (artinya, 1 saham lama dipecah menjadi 10 saham dan nilai nominal menjadi Rp 10,- per saham), berarti total saham yang dimiliki sang Ibu menjadi 6.223.400 saham
Nahh... tentu Anda ingin tahu berapa nilai saham si Ibu sekarang? Per tanggal 13 November 2006, harga penutupan saham UNVR adalah Rp 5000,- per saham. Berarti nilai saham si Ibu sudah menjadi Rp 31.117.000.000 (dibandingkan Rp 158.750.000,- pada tahun 1982). Bayangkan! Rp 158juta (1982) vs Rp 31 Milyar (2006).

Sebenarnya, jika dihitung-hitung, harga UNVR sekarang ini harus dikalikan 100 (karena mengalami dua kali stock split), sehingga harganya adalah Rp 5000,- x 100 = Rp 500.000,- per saham jika dibandingkan dengan Rp 3175,- sewaktu IPO pada tahun 1982.

Bagaimana dengan deviden-deviden yang diterima si Ibu? 

Untuk tahun 2005, deviden final yang dibayarkan UNVR adalah Rp 200,- per saham. Berarti, si Ibu menerima 6.223.400 saham x Rp 200,- = Rp 1.244.680.000,-

Untuk tahun 2006, UNVR sudah membayar deviden interim sebesar Rp 120,- pada tanggal 11 Juli 2006, dan membayarkan lagi deviden Rp 80,- pada tanggal 18 Desember 2006, sehingga total deviden per saham UNVR tahun 2006 adalah Rp 200,-. Dengan demikian, deviden yang diterima si Ibu tadi untuk tahun 2006 adalah Rp 1.244.680.000,- (sama dengan tahun 2005).

Smart Money. Julukan yang pantas bagi almarhum Ayah.




Saya hitung dengan kalkulator CAGR, investasi senilai Rp 158.750.000 di thn 1982, menjadi Rp 31,1 Milyar di tahun 2006, artinya investasi itu bertumbuh rata-rata 24,58%/thn , selama 24 tahun.

Return 24,58%/thn ini mungkin tidak terlihat besar bagi trader2 yang suka mencari gain puluhan persen hanya dalam hitungan hari, tapi bila kita diamkan selama 24 tahun, hasilnya benar2 amazing..

Bahkan untuk deviden yang diterima pun (Rp 1,2 Milyar di tahun 2005 & 2006), sudah nyaris 10x lipat nilai awal investasinya. 

Akhirnya saya jadi mengerti mengapa long term investor seperti warren buffet bisa super kaya dengan metode buy and hold.. Karena selain nilai dari pokok investasinya terus berkembang, deviden yang ia terima pun akhirnya bisa di atas pokok investasinya. Dan deviden ini akan terus bertambah setiap tahun, selama perusahaannya terus mencetak laba...

Betul2 kekuatan bunga berbunga itu hebat sekali, ya.. :)


Regards,
- V3 -




15 komentar:

  1. Luar biasa Bu Fitry, terima kasih banyak atas tulisan di blog anda selama ini, you are the first webpage of my visit every early morning to see any new updates from you :)
    Once again super thank you and please keep writing :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks a lot atas apresiasinya pak wilton.. semoga tulisan saya bs bermanfaat bagi pembacanya.. :)

      Hapus
  2. SUBHANALLAH, WALHAMDULILLAH, WALAAILAAHAILLALLAH, ALLAHUAKBAR,

    Tulisanya sangat bermanfaat dan Ruarr Biasa, smoga istri saya juga tergugah bila baca tulisan Bu Fitri (Pengennya Istri dirumah ngurus anak dan suami sambil investasi saham)
    JAZAKUMULLAHA KHAIRAN KATSIRA

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 pak muzakkir.. semoga bapak juga bs menjadi investor saham yang sukses, ya. aamiin yra.. :)

      Hapus
  3. Saya me rasa cocok ngikutin saran IBU setelah trading saham BAJA yang lg Turun kemarin.. pengen jadi long term investor ajah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. pak/ibu berbagikasih, utk BAJA, saya agak ngeri tuh pak kalo utk invest long term. saya liat di etrading, laba usaha dan laba bersihnya turun, walapun EPS naik. agak2 seperti ANTM ini kasusnya..

      kalo utk invest long term pak, pastikan sales, laba usaha, laba bersih dan EPS terus naik dlm bbrp thn terakhir. bila kondisi itu semua terpenuhi, masih bs masuk kriteria utk investasi long term. Tapi kalo sdh ada salah satu yang turun, agak riskan rasanya, pak. disclaimer ya, pak..

      Hapus
    2. iya, BAJA Saya beli karena liatin running trade.. hal yang sangat-sangat salah untuk investor pemula...

      Maksudnya adalah saya akan ngikutin saran ibu buat beli saham dengan fundamental apapun saham itu..

      GO Fundamental.. thanks ya..

      Hapus
    3. iya pak, utk trading pun, usahakan selalu cari saham yang growth, biar kemungkinan untuk harga naik akan lbh besar drpd kemungkinannya utk harga turun..

      sama2 pak, sukses ya.. :)

      Hapus
  4. wow sangat kecil juga ya return-na dividend-na ga sebanding dengan waktunya hehehehe....ck ck ck ck vanity banget nunggu 24 tahun ....

    are you sure those returns .....?? any count method left behind ...???

    august

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, saya ngga ngerti maksudnya bagaimana ya?
      Kecil bagaimana ya, return devidennya?

      Modal beli sahamnya Rp 158 juta di tahun 1982.
      Tahun 2006, dari deviden aja, dia sudah dapat Rp 1,2 milyar (sudah mau 10x lipat dr pokok investasinya).
      Sedangkan nilai pokok investasinya sendiri sudah Rp 31 milyar di thn 2006.
      Buat saya, ini return investasi yang besar sekali.
      Jadi saya agak bingung menjawab pertanyaan anda..

      Hapus
  5. sayangnya kita kurang tau seberapa besar nilai 158jt tahun1982,tentu besar sekali..lihat sja harga beras tahun itu,emas per gram nya atau harga sebutir telur..dengan uang segitu tahun itu,anda sudah dapat membeli tanah ribuan hektar..gaiji PNS golongan IIIA berapa?dan berapa tahun dia baru punya uang 158jt...sehausnya dikomperasi sama harga emas,beras,tanah atau apa sebagai pembanding,jadi kita punya gambaran seberapa banyak uang itu saat itu..thankss..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya coba masukin angka Rp 158juta di 1982 dibandingkan dengan 2006 ya.. :) karena saya lebih suka dengan hitungan matematika kalo bicara tentang investasi :)

      Ini saya pakai patokan buku Happy Investing Portfolio Management Jhon Veter (white edition), hal 80-81 yang membahas tentang INFLASI DALAM EKONOMI.

      Dari data yang ada di buku tersebut, Rp 1256,288 di tahun 1982 setara dengan Rp 14733,317 di tahun 2006. Alias inflasi sekitar 11,7276x lipat (14733,317 : 1256,288).

      Jadi kalo kita beli saham Rp 158 juta di tahun 1982, MINIMAL saham kita harus senilai Rp 1.852.960.800 (Rp 1,8 milyar) di tahun 2006, agar investasi kita tidak merugi (karena kalah dengan inflasi).

      Tapi kenyataannya, dengan beli UNVR di tahun 1982 senilai Rp 158 juta, nilai sahamnya bukan hanya Rp 1,8 milyar tapi malah sudah Rp 31 Milyar. Plus devidennya sudah Rp 1,2 Milyar sendiri di tahun itu..

      So, menurut anda, apakah investasi di saham UNVR thn 1982 ini : bad investment or smart investment.. ? :)

      Anda boleh aja ngga setuju dengan pendapat saya, tapi tolong jabarin hitungan matematis anda di sini. Jadi kita bisa bicara dengan angka, bukan cuma sekedar wacana aja.. :)

      Oya, dari ilmu2 tentang investasi yang saya pelajari selama ini, investasi saham (selama kita milih saham yang bener), dalam jangka panjang selalu mengalahkan investasi di properti, apalagi emas.

      Dan saya percaya ini, karena saya juga investasi di properti (saya punya 2 properti untuk investasi).

      Selama ini nyaris ngga mungkin nemu properti yang bisa naik 100% dalam setahun , tapi bila di saham, ada aja saham yang bisa naik 100% dalam setahun, dan saya beberapa kali bisa mendapatkan saham seperti itu.

      Selain itu, di properti ada PBB yang harus kita bayar setiap tahun, dan juga biaya perawatan (listrik, air, iuran lingkungan) yang harus kita bayarkan setiap bulan dan setiap tahun (renovasi, minimal di-cat ulang atau nambel yang bocor).

      Jadi saya percaya bahwa dalam jangka panjang, investasi saham yang baik akan memberikan hasil yang jauh lebih besar daripada investasi di properti :)

      Hapus
  6. informasinya lengkap sekali semoga artikel ini memberi banyak manfaat

    BalasHapus
  7. Selamat Siang,
    saya sudah membaca blog anda, sangat mudah di pahami dan saya sangat tertarik untuk bekerja sama dengan anda, kami dari Forexmart menawarkan kerja sama affiliasi yang sangat menguntungkan untuk anda, jika anda berminat dan tertarik dengan penawaran ini bisa menghubungi email saya di hellokittykucing89@gmail.com dan saya akan memberikan informasi yang lebih lengkap mengenai penawaran kerjasama ini.
    Terima Kasih dan salam sukses untuk anda

    BalasHapus