Pagi ini, saya jual semua BWPT dan CPIN yang saya punya.
BWPT Q4/2014 parah banget. Ternyata bener omongan d luar sana, BWPT hanya dipinjam untuk backdoor listing Eagle Plantation yang kinerjanya amburadul..
Coba liat data ini aja dari BWPT di Q3/2014 (sebelum dibeli Peter Sondakh) :
1. Book Value = Rp 525,65
2. ROE = 8,96%
3. EPS = Rp 33,15
Dan sekarang, di Q4/2014 :
1. BWPT Book value = Rp 216,57
2. ROE = 2,7%
3. EPS = Rp 9,08
ROE 2,7% !!! Bahkan dengan BI rate pun lebih besar BI rate. Ngapain invest di saham yang ROE-nya mini kaya begini..
Dengan harga Rp 338, PER BWPT 37x.. Saya ngga cukup sinting untuk beli saham CPO dgn ROE mini di PER 37x..
Saya jual semua BWPT. Rugi 11% dalam waktu 3 bulan. Tapi gpp, ini resiko investasi.. Nanti saya mau coba switching ke saham lain lagi..
CPIN Q4/2014 :
ROE = 15,99%
Book Value = Rp 666,28
EPS = Rp 107
Yield CPIN di harga Rp 3480 = 15,99% : (3480 : 666,28) = 3,06%
Daripada pegang saham dgn yield kecil begini, lebih baik saya pindahkan ke saham lain yang lebih baik..
Ok, mdh2an investasi saham kita sampai akh thn akan jauh lebih baik lagi. Aamiin..
Regards,
V3
bagaimana dengan NRCA bu? labanya naik penjualan naik dan valuasi masih murah dibanding kompetitornya
BalasHapusMang, NRCA LK-nya lumayan bagus.. cuma masalahnya manajemen sdh menyatakan kalo laba mrk thn ini mungkin akan turun 9% dibanding 2014 lalu.. saya agak ngeri aja klo nanti kasusnya kaya saya beli BSDE di 2013 dengan kinerja kinclong dan valuasi tmsk murah, tp bgtu laba 2014 turun, jadinya baru bisa cetak all time high di 2015 ini.... ADHI malah lbh parah, sampai sekarang blm bs cetak all time high lg.. Jadi saya pikir, saya skip dulu NRCA di thn ini.. :)
Hapusini Mang, link beritanya :
Hapushttp://www.bareksa.com/id/text/2015/01/27/2015-nusa-raya-cipta-target-pendapatan-tumbuh-10-laba-turun-9/9215/analysis
http://market.bisnis.com/read/20150127/192/395831/nusa-raya-cipta-nrca-bidik-laba-bersih-rp230-miliar -- di sini disebutkan bahwa NRCA membidik laba bersih 230 milyar (2015). pdhl labanya di 2014 kan 277 milyar. Jadi ada penurunan laba sekitar 17%...
HapusPak Mang, kalo sy sendiri merupakan pecinta NRCA, tapi cinta sy juga bukan tanpa alasan. Sedikit ulasan LK NRCA 2014 vs 2013:
HapusBloomberg forecast EPS 2014 = 98
Actual EPS = 111.55 (114%)
ROE = 28% // ROA = 15%
@ PRICE = 1205
PER = 10,8x
INTRINSIC VALUE (WAJAR) = 1568 (MOS 30%)
BV = 399 (PBV = 3x)
NET PROFIT MARGIN = 8%
OPERATING PROFIT MARGIN = 6%
SALES = 3,3T (+10%)
OPERATING PROFIT = 205M (-2%)
NET PROFIT = 278M (+48%)
CURRENT RASIO = 1,68x
ASSET TURNOVER = 1,31x
DER = 0,86x
Seperti yg ibu Fitri ungkapkan diatas, utk thn 2015 target yg di pasang oleh NRCA sedikit konservatif, antara lain:
Kontrak baru = 4,1T (naik 28% dari actual 2014)
Pendapatan = 3,6T (naik 9% dari actual 2014)
Laba = 230M (turun 17% dari actual 2014)
Alasan utama mengapa management sedikit konservatif di thn 2015, karena mengingat proyek terbesarnya yaitu tol palimanan-cikampek akan rampung mid thn ini yg merupakan penyumbang pendapatan terbesar perusahaan. Nrca juga ikut tender dlm 4 proyek tol jawa lain, tp sampai kini blm ada berita apakah perusahaan berhasil meraih berapa dari 4 yg di tenderkan. tp bbrp hr ini ada rumour yg bilang tol solo dimenangi oleh nrca, kita liat saja nnti di berita resmi apakah benar. Perusahaan menargetkan bs dpt 2 proyek tol dari 4 yg di tender. Ini ada berita yg berkaitan: http://industri.kontan.co.id/news/surya-internusa-incar-tol-trans-jawa
Selain itu, utk mempertahankan kinerja di 2015, strategi perusahaan antara lain:
1. Mengfokuskan pencarian proyek swasta, krna perusahaan konstruksi bumn lainnya pada sibuk membangun proyek pemerintah.
2. Nenek perusahaan yaitu SSIA, akan akan membangun 40 hotel budget dlm 5thn kedepan ini juga akan ikut serta menopang pendapatan NRCA utk 5thn kedepan, walaupun ga tau sebesar apa efek pendapatan yg akan diraih, tapi utk thn 2015 ini, 4 hotel yg akan di bangun dgn nilai investasi 350M. Ini beritanya http://investasi.kontan.co.id/news/ssia-memperkuat-bisnis-perhotelan
Jadi, utk saat ini, sy tetap akan mempertahankan pandangan sy terhadap emiten cilik ini, semoga ada kejutan yg menyenangkan dlm 1-2thn kedepan dr emiten ini. Hingga maret 2015, nrca uda meraih kontrak baru 1,5T (36,6% dari target thn ini), ini beritanya http://www.topsaham.com/new1/index.php?option=com_content&view=article&id=12163:nusa-raya-cipta-raih-laba-rp27778-miliar-pada-2014&catid=34:sektorriil&Itemid=56
NRCA, PWON, sdh masuk watchlist saya utk Q1/2015, pak.. nanti sama2 kita review ya.. :)
HapusBu, untuk earning yield lebih simpel ambil reverse P/E, atau 107/3480 = 3.07% :)
BalasHapusPak, Yield saham tdk selalu sama dengan Reverse PE. Saya kasih contoh satu aja ya, INDF based on Q4/2014. EPS = Rp 442. ROE = 13,73%. Book Value = Rp 2927.
Hapus@ 7375, PER INDF = 7375 : 442 = 16,69%
Reverse PE = 442 : 7375 = 5,99%
Tapi Yield yang saya dapatkan ketika saya kursus FA, itu bukan Reverse PER, tapi dihitung dengan rumus ROE : PBV, sehingga :
@ 7375, Yield INDF = 13,73% : (7375 : 2927) = 5,45%
Kenapa beda hasilnya? coba deh bapak utak utik sendiri dari rumusnya :)
kalau disimpan jangka panjng kira2 sampe lebaran disaat permintaan ayam naik bagaimana mbak?
BalasHapuswaduh maaf mba, saya ngga bisa meramal ke depan.. saya investasi berdasarkan LK terbaru aja. kalo bagus, beli. kalo ngga bagus, jual. ngga mau ambil resiko lbh besar lagi.. :)
HapusMba, MAIN thn 2014 rugi lho.. bukan laba turun lagi, tapi udah rugi.. jadi semua bisnis, termasuk bisnis ayam, punya resiko rugi. jadi utk amannya memang sebaiknya kita hanya beli saham yang emitennya mencetak kenaikan laba, dan jangan beli dulu saham yang labanya lagi turun.. saya jg msh belajar disiplin mba, dgn prinsip ini.. :)
HapusSaya cukup kaget dgn MAIN. klo penurunan laba masih ok dan wajar mengingat terpuruknya kurs yg mengakibatkan bahan makan ternaik melonjak dan byknya peraturan pemerintah yg diterbit utk membatasi produksi dan harga DOC dll. Tapi ini cetak rugi #seram.
HapusTapi sebaliknya jika MAIN, JPFA maupun CPIN ternyata koreksi hingga harga wajarnya/BV, sy cukup berani utk beli mengingat sektor ini merupakan salah 1 makanan pokok dasar utk masyarakat.
iya pak, MAIN cukup mengejutkan memang laporan keuangannya.. jarang ada yang nyangka, MAIN bs rugi.. harga wajar/BV MAIN brp ya pak? saya blm utak utik LK-nya, krn bgtu rugi lgsg saya blacklist dulu.. :) tapi menarik jg kalo bs beli di PBV skitar 1 :)))))
HapusMAIN Q4-2014:
HapusForecast EPS bloomberg 162,03
Actual EPS -47,34!!!
ROE, ROA, PER, WAJAR minus semua, jadi ga perlu tulis detail lg ya
BV = 602 // PBV = 2,7x @ 1625
Net profit margin = -1,9%
Operating profit margin = -0,4%
Current Ratio = 1,08x
Asset Turnover = 1,11x
DER = 2,28x
Sales 4,5T (+7,4%)
Laba kotor 322M --------------- (-55,2%)
Operating profit -18M --------------- (-104,7%)
Net profit -85M --------------- (-135,1%)
Kesimpulan:
Walaupun pendapatan ms sempat tumbuh 7%, jika dibandingkan dgn 3thn terakhir dmn pertumbuhan rata2 sblmnya diatas 25%, pertumbuhan 2014 terlihat mengalami penyusutan yg cukup besar. Laba operasi turun drastis hingga rugi disebabkan oleh kenaikan beban pokok sebanyak 20%. Sedangkan beban keuangan juga meningkat 38% sehingga ikut serta menyumbang kerugian laba bersih MAIN di thn 2014.
Saya liat LK Q4 MAIN, saya hitung asset/lembarnya, dapet Rp 1971,65. Harga sekarang sdh di bawah harga assetnya. Tapi kalo belajar dari kasus BUMI, asset/value (based on Q3/2014) = Rp 2250 (1 usd = Rp 12500). Dan skrg harga BUMI Rp 81. Jauh sekali di bawah harga asetnya.. Tapi MAPI, based on Q4/2014, asset/lembarnya = Rp 5232. Dan kmrn MAPI diborong investor asing hingga naik ke Rp 6000.. Jadi, mungkin kita bs mempertimbangkan beli MAIN bila ia sdh mencetak laba lg, selama harganya msh di bawah asset/lembarnya.. Ini udah pasti disclaimer, pak.., karena baru hasil pengamatan yang belum teruji kebenarannya :) Yang jelas, kalo value investing murni, mencoba utk membeli perusahaan dengan nilai 1 dolar hanya seharga 0,5 dolar.. :)
HapusPak Ali, Bu Fitry,.
Hapuskalo saya kok belum tertarik sama CPIN, dan teman2nya.
karena meskipun potensial market Indonesia besar (konsumsi per kapita masih jauh dari negara tetangga), tapi aktual produksi DOC sekarang sudah over, malah kemarin pada di'bunuh2 in yah,.
Mungkin ini yang pernah Opa Buffet bilang,.. sudah menjadi barang komoditas,...
Iya pak prayudi, klo berspekulasi jangka pendek aku juga tidak setujuh, tapi jika beli utk long term, aku masih sangat optimis dgn industri ini. Seperti bpk blng, konsumpsi per kapita masih jauh dibawah avg negara2 lain, sehingga pertumbuhan utk kedepannya masih ada. Saat ini betol sekali, sektor ini pada jelek2nya yg sy pikir dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan terpuruknya kurs.
HapusSebaliknya, jpfa, main dan cpin kedepannya juga akan mendongkrak export sehingga diharapkan kinerja bisa lbh stabil dan tidak slalu tergantung pada kurs rupiah (bahan beli usd, jual lokal dlm rupiah). Selain itu, juga terlihat bahwa pendapatan mrk sebenernya meningkat (MAIN +7,4%, JPFA +14% dan CPIN +14% juga). Itu kira2 alasan saya mengapa masih tertarik dgn sektor pakan ternak, walaupun dlm jangka pendek sy belum bersedia utk masuk ke emiten2 ini.
iya pak, saya jg masih sangat optimis dgn saham ayam utk long term. sales mrk msh naik lho, brarti demandnya masih tumbuh.. cuma problemnya memang : kapan belinya ya..? hehe... tp ktnya sih saham ayam di thn ini akan kinclong lg pak.. kita liat aja nanti ya di LK.. :)
HapusIya setujuh bu. lagi pula MAIN bukan saham incaran aku, ms ada yg lain yg lbh ok. Drpd MAIN mungkin aku cenderung ERAA di saat ini hahaa
BalasHapusPak Ali,.. kalo boleh tahu, mohon share pertimbangan bapak memilih/prefer ke ERAA,..
Hapussaya kok kurang sreg dengan emiten2 di sektor ritel,.. karena NPMnya kecil2,..
Logika saya, kalo NPMnya kecil, perusahaan tsb harus kerja keras agar dapat untung yg setara dengan perusahaan yg punya NPM besar,..
TELE, ERAA, saya ngga pernah beli.. krn saya sendiri gatek, jd saya ngga pernah minat bahas saham2 ini.. :) tp klo analis yg saya tau, bbrp prefer TELE drpd ERAA, pak.. ktnya masa depan TELE jauh lbh bagus.. :)
HapusItu hanya ibarat sih, drpd beli MAIN yg masih jauh diatas BV, mendingan ERAA yg sama kinerjanya juga menjelek krna kurs tp harga sudah dibawah BV sehingga resiko lbh kecil. Disamping itu, klo dlm lini bisnis usaha trading ponsel, yg paling besar dgn cabang yg paling byk juga ERAA, utk detail lupa, seingat sy pernah baca di blog pak Teguh ato mana.
HapusKalo mengenai TELE dan ERAA, emang benar bu TELE lbh bagus. Dia bs bertahan saat kurs terpuruk kebanding ERAA karena bisnis utamanya sampai kini masih di penjualan voucher pulsa sehingga tdk terpengaruhi oleh gejolak kurs, tentunya dia juga jual ponsel, tapi dlm persentase yg lbh kecil jika dilihat dari total pendapatan. Jual pulsa emang margin keuntungan kecil, hanya 5%, tp vol penjualannya terbesar se Indonesia sehingga growthnya termaintain sampai kini. Liat saja kiri kanan, sapa yg ga pakai ponsel, dan tentunya diisi dgn pulsa. Tapi tdk setiap org di Indonesia punya ponsel iphone loh.
oo gt ya pak? thanks buat tambahan infonya ttg TELE dan ERAA.. nanti saya coba liat2 jg LKnya deh kalo begitu.. saya habis CL LEAD td, dan BWPT ama CPIN kmrn, jadi ada cash agak longgar sekarang.. jd kudu makin rajin buka2 LK nih utk belanja saham :)
HapusBu Fitry,.
Hapusgak pengen nyobain saham IPO?
saya masih keep MIKA, kayaknya untuk invest long term bagus banget,..
bulan depan ada PP Property yang kayaknya juga bagus,..
**masih teringat dapat profit lumayan dari IPO WSKT dan BIRD,..
so far belum minat beli saham IPO, pak.. :) mungkin nanti someday kalo ilmu saya sdh lbh tinggi lagi.. :))))
HapusSaham IPO malasnya bgini, kalo saham tersebut prospeknya bagus, kita akan diberi jatah tdk lbh dr 2%. Anggaplah pemesanan kita 100JT, tp cmn dikasih barang 2JT. Pada hari pertama IPO, harganya melonjak 50%, maka kita pun meraih keuntungan 50% dari 2JT = 1JT.
HapusNah, sebaliknya jika salah beli, dan ternyata saham tersebut tidak laku atau kurang peminat atau kemahalan di mata investor, maka kita akan mendapatkan jatah yg besar bahkan 100% (100JT). Jika itu terjadi, kira2 apa yg akan terjadi saat hari pertama IPO? harga turun drastis say 20%, berarti kerugian kita = 20% dari 100JT = 20JT.
Jadi, saya juga tidak menyukai mengikuti aksi tender IPO, karena downside lbh besar dari upside. Mendingan tunggu market open, lalu liat kondisi utk menentukan arah.
Saham IPO malasnya bgini, kalo saham tersebut prospeknya bagus, kita akan diberi jatah tdk lbh dr 2%. Anggaplah pemesanan kita 100JT, tp cmn dikasih barang 2JT. Pada hari pertama IPO, harganya melonjak 50%, maka kita pun meraih keuntungan 50% dari 2JT = 1JT.
HapusNah, sebaliknya jika salah beli, dan ternyata saham tersebut tidak laku atau kurang peminat atau kemahalan di mata investor, maka kita akan mendapatkan jatah yg besar bahkan 100% (100JT). Jika itu terjadi, kira2 apa yg akan terjadi saat hari pertama IPO? harga turun drastis say 20%, berarti kerugian kita = 20% dari 100JT = 20JT.
Jadi, saya juga tidak menyukai mengikuti aksi tender IPO, karena downside lbh besar dari upside. Mendingan tunggu market open, lalu liat kondisi utk menentukan arah.
saya juga biasanya beli saham IPO saat open/hari pertama,
Hapussoalnya yang lewat pemesannya selama ini cuman dapat 1-2 lot saja.
^^
nah, saya sepakat dgn pak ali. saya ngga seneng beli saham ipo, faktor utamanya krn kalo saham bagus, kita cm dikasih sedikit. tapi kalo sahamnya jrlrk, kita dikasih banyak.. alasan kedua, kita ngga punya data yg cukup utk menganalisa sahamnya, jd seperti beli kucing dlm karung. alasan ketiga, saya liat banyak IPO skrg ini sbg exit strategy ownernya, alias ngga lama melantai di bursa,kinerjanya pd turun. jd ownernya pinter, pas perusahaan lg di puncak kinerja, dijual, owner dpt duit. abis itu kinerjanya pd melempem, krn banyak duit IPO yg ditaruh di deposito :)))) jarang saham IPO yg EPS-nya naik. Laba bersih iya naik, tp EPS-nya jarang. Ini pengamatan saya aja sih pak.. :) ngga semua saham IPO bgini, tp krn saya banyak meliat yg kaya gini, jd makin anti beli saham IPO.. :) kalo beli di hari pertama, liat underwriternya, pak. kalo recapital dan sejenisnya, biasanya ok bgt. tp kalo bumn, biasanya jeblok.. hehe..
Hapus