Kamis, 30 Mei 2024

IHSG turun, sampai mana?

IHSG sekarang 7078, alias sdh turun sekitar 5% dari highest-nya di 7454.

Kalo melihat turunnya yang baru 5%, menurut saya koreksi sekarang belum apa2, masih setengah jalan.

Koreksi ringan ihsg saja menurut pengalaman saya, minimal turun dulu 10% dari highestnya, alias ya sekitar 6700. Kalo mau nyamperin MA 60 monthly, ya ke sekitar 6500-6400, atau di bawahnya. Ihsg sekarang belum masuk bearish zone, karena belum turun 20% dr highest-nya. Dan mungkin untuk bearish lagi belum saatnya, krn baru aja 2020 kemarin kita mengalami penurunan dalam ihsg. Sekarang sifatnya hanya koreksi ringan-sedang aja. 

Kalo ada yang ngga mau pakai patokan ihsg, karena bisa dimanipulasi dengan kenaikan saham2 ngga jelas, bisa liat chart per sahamnya aja. 

Big banks belum ada yang masuk ke stokastik monthly oversold. Jadi sepertinya penurunannya belum maksimal. Mungkin dicicil untuk agustus-oktober, bulan2 BEI great sale biasanya..

Tapi bisa juga pakai patokan, tunggu sampai saham2 inceran kita masuk di stokastik monthly oversold, atau tunggu di MA 60 monthly, misalnya, baru kita mulai belanja saham lagi. 

Jadi tetap ada patokan TA yang kita pakai dalam masa koreksi seperti ini..

Untuk yang mau kejar devidend besar, masih ada HEXA yang menarik di 6000-an, akan bagi deviden nanti skitar oktober, dan PERnya masih sekitar 5-6x. Sepertinya masih bs dapat DY 13-15%, bila DPR minimal 80%, seperti yang sudah2. Tapi ini hanya untuk devidend investing, krn after ex datenya akan dibanting, dan bisa lebih besar daripada devidennya..

Saya mau share ttg HEXA dan MPMX, dua saham yang saya beli thn 2020, dan sudah mau balik modal dari devidennya saja. Sebenarnya di posting2 sebelumnya, saya pernah membahas tentang HEXA dan MPMX ini juga, tapi di sini saya tuliskan lagi, krn biar yang baru membaca blog ini bs lebih memahami background pembeliannya.

Awal dulu beli MPMX, kondisinya sedang merugi, dan sahamnya sedang dibanting karena ada pemegang saham yang sedang masif jualan. Waktu itu pegangan saya kenapa beli mulai dr harga Rp 450, karena melihat nett value/share-nya yang di skitar Rp 800, cash/share-nyaRp 294 ,  low debt, dan saya melihat sepertinya sdh mulai akan turn around di Q4-nya. Selain itu, MPMX selalu membagikan DPR yang besar, bisa sampai 100% laba. Habis saya beli di 450, masih dibawa turun sampai 300an, tp msh saya hold. 

Begitu di LK Q4/2020, ternyata benar, EPS-nya sdh positif lagi, menjadi Rp 26. Karena EPS cuma 26, ekspektasi saya deviden cm Rp 26. Tapi ternyata MPMX membagikan devidend Rp 115 waktu itu, betul2 seperti dapat durian runtuh. Di sini saya belajar, kalo kita pegang saham yang cash-nya banyak dan manajemennya royal bagi deviden, maka mendapatkan sahamnya di bawah nett value/share, betul2 seperti dapat hidden gem. Dan setelah hold 4 thn, tahun ini MPMX saya sudah 100% balik modal dr devidennya saja. 

Total deviden yang saya dapatkan = Rp 115 + Rp 180 + Rp 135 + Rp 115 = Rp 545, dan harganya sekarang Rp 1050. Sampai sekarang masih saya hold karena sudah bisa kasih DY per tahun di atas 20%. MPMX adalah salah satu  value stock yang awalnya saya beli, tapi kemudian bertransformasi menjadi devidend stock, karena bisa memberikan DY yang tinggi setiap tahunnya.

Yang kedua, HEXA, saya beli di thn 2021, di harga Rp 3500. Waktu saya beli, PER HEXA sekitar 5x, dengan cash/share sekitar Rp 1200. Setelah saya beli, HEXA langsung membagikan deviden Rp 1200, DPR 100% lebih, sehingga saya seperti dapat jackpot lagi, selain dr deviden MPMX, di thn 2021 itu. 

HEXA waktu saya beli, karena saya melihat waktu itu komoditas terutama coal sedang naik tinggi harganya, saya pikir akan berimbas juga ke alat berat, sbg bisnis utama HEXA. Walaupun alat berat ngga hanya tergantung ke industri coal aja, krn alat berat jg bs dipakai oleh industri pertanian, kehutanan,  konstruksi, infrastruktur, dll.. Thn depan mungkin saya sdh akan balik modal dari deviden HEXA.

Apa yang sudah terjadi di MPMX dan HEXA, memberikan pembelajaran buat saya. Bila kita membeli saham yang punya potensi growth ke depannya, mau membagikan DPR dalam jumlah besar ( di atas 75%), dan dapat dengan harga bagus, misal PER skitar 5-7x, maka dengan sabar hold, ngga sampai 6 thn mungkin akan balik modal dari devidennya aja. Ke depannya, sahamnya bs menjadi sumber pasif income buat kita, terutama buat yang akan menghadapi masa pensiun. 

Sekarang, saat saham2 bagus lagi pada diobral murah, bahkan sekelas ASII aja bs dijual di PER 5-6x aja, jangan sampai ketinggalan beli saham2 yang bagus dan murah ini. Tapi Astra grup ngga masuk di inceran saham deviden buat saya, karena DPR mereka biasanya cuma 40-50% aja.

Biasanya yang akan rebound duluan ketika bursa habis turun dalam itu, ya saham big banks. Jadi kalo mau kejar cuan cepat, harus beli big banks.

Buat yang lebih suka makan deviden, ya beli aja saham2 yang bs kasih DY tinggi, dan ada potensi growth ke depan.. 

Untuk saham2 devidend yang saya hold dan ternyata labanya turun, biasanya saya hitung ulang, apakah msh worth it untuk hold sahamnya. 

Misalnya, HEXA pernah turun labanya di thn 2022. Saya beli di Rp 3500. Anggap aja EPS annualized HEXA ketika itu Rp 900, alias masih PER 3,9x, di modal beli saya. Dengan PER yang masih seperti itu, ya lebih baik saya hold lagi, krn utk switching, saya harus bs menemukan saham lain yang PER-nya sama, dan DPR-nya juga sama dengan HEXA, atau yang DY-nya sama. Cara seperti ini bisa lebih membuat kita stay agak lama di suatu saham, yang memang niat belinya adalah untuk devidend investing. Jadi kita ngga sering keluar masuk karena alasan labanya lagi turun.

Oya, ada satu lagi. Misalnya saya masuk ke satu saham utk swing trading, mungkin karena chartnya menarik, atau secara valuasi dia sdh murah banget. Tapi ternyata abis saya beli, harganya malah turun, bukannya naik. Nah, di saham seperti ini, saya selalu pasang stop loss, misal turun 5% ya saya jual. Setelah itu, saya biasanya masukkan uangnya ke saham deviden, utk mengembalikan kerugiannya. Saya cari saham yang bs kasih DY di atas kerugian saya tadi. Saya lebih baik menanggung floating loss stelah dpt deviden daripada trading lagi di saham lain yang belum jelas bs cuan juga. Dengan cara ini, modal saya relatif terjaga, jarang keseret dalam karena floating loss di saham yang ngga bagi deviden gede. 

Ini dulu yang saya share ya. Sekarang kita sama2 nunggu LK Q2/2024 keluar dulu. Nanti bila ada topik menarik untuk dibagikan, saya tulis lg di sini.

Selamat berinvestasi saham. Semoga hasil investasi kita akan bagus ke depannya nanti. Aamiin..


Warm Regards,

V3



3 komentar:

  1. Bagaimana ya screening saham yg punya DY besar .

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau punya akun di stockbit sekuritas, ada screener yang bisa kita buat untuk menentukan saham-saham mana saja yang bisa kasih DY besar.
      Note : Saya bukan sales stockbit, ya.

      Hapus
  2. Oke makasih ya infonya

    BalasHapus