Tahun 2010 saya sempat beli buku "Profit from the Panic, Cara memperoleh keuntungan dari krisis keuangan terburuk sejak Great Depression" , karangan Adam Khoo, Conrad Alvin Lim dan Ryan Huang. Lumayan bagus sih buku itu menurut saya. Cuma karena contoh kasusnya semua hanya bursa saham dan saham luar negri, jadi stelah selesei dibaca lgsg saya masukin lemari aja.
Kemarin, saya baca2 lagi buku ini dan nemu beberapa hal yang saya pikir lumayan bagus untuk diingat. Buku ini banyak membahas tentang ETF dan saham. Saya hanya rangkum beberapa hal yang berhubungan dengan investasi saham.
1. Bursa saham dalam jangka panjang akan selalu naik. Kenapa?
a. Karena Inflasi --> peningkatan biaya hidup akan menaikkan harga barang dan jasa, sehingga akan menaikkan juga pendapatan perusahaan.
b. Peningkatan permintaan --> permintaan akan barang dan jasa akan menjadi lebih banyak, sebagian karena pertumbuhan populasi dunia dan negara-negara yang mendorong pertumbuhan ekonomi.
c. Struktur indeks bursa saham --> indeks hanya berisi perusahaan-perusahaan terbaik. Bila ada yang kinerjanya tidak baik, mereka akan ditendang keluar dan digantikan oleh perusahaan dengan kinerja yang lebih baik.
2. Dalam jangka pendek, bursa beresiko dan tak terduga. Dalam jangka panjang, bursa aman dan terduga
3. Semakin dalam penurunan saham/indeks, semakin kuat lambungannya ( saya suka bilang : sesuatu yang turunnya drastis, naiknya bisa fantastis, dan begitu juga sebaliknya).
4. Hikmah dari penurunan pasar :
a. Setelah terjadi penurunan pasar, pasar tak hanya akan pulih dari kerugian, tapi akan mengalami kenaikan secara substansial dalam beberapa tahun ke depan
b. Daripada panik dan menjual saham-saham anda karena takut, lebih baik membeli lebih banyak saham (bagus) bila memungkinkan
c. Bila anda menjual saat pasar turun, anda akan terjebak dengan kerugian yang nyata. Tapi ketika anda membeli saat turun, anda akan mendapat keuntungan yang besar.
5. Hikmah dari meneliti pasar saham :
a. Dalam jangka pendek, pasar bergejolak
b. dalam jangka panjang, pasar selalu bergerak naik
c. semakin lama anda berinvestasi, semakin kecil resikonya
d. anda selalu memperoleh keuntungan bila anda bertahan cukup lama di pasar
Tapi jangan pernah beli saham dengan kinerja buruk. Karena saham yang kinerjanya buruk, harganya mungkin tidak akan pernah pulih. Bahkan perusahaan tersebut mungkin akan bangkrut.
6. Alasan kebanyakan orang merugi di bursa : karena kebanyakan orang membuat keputusan investasi berdasarkan jangka pendek, bukan jangka panjang, sehingga emosi lebih dominan dalam mengambil keputusan investasi.
7. Strategi pembelian saham :
a. strategi Buy and hold ---> buy and hold akan memberikan hasil yang baik bila anda bertahan cukup lama ( 5 - 10 tahun). Resikonya, bila kita membeli ketika pasar sedang di puncak, kita akan butuh waktu lebih lama untuk menghasilkan keuntungan.
b. strategi Dolar cost averaging (istilah saya : beli nyicil dalam jumlah uang yang sama atau jumlah lot yang sama tiap periode waktu tertentu) ---> return investasi relatif lebih tinggi daripada strategi buy and hold, karena harga rata-rata pembelian kita tidak akan terlalu tinggi.
c. strategi menentukan momen beli yang tepat dengan menggunakan analisis teknikal (TA) ---> keuntungan relatif lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat daripada 2 strategi sebelumnya, tapi ini juga lebih sulit untuk dilakukan. Caranya adalah dengan membeli di awal atau di tengah tren naik dan menjual di awal tren turun.
Metode TA yang dipakai :
a. Garis trend --> kita harus bisa menentukan garis tren naik dan tren turun ---> lebih susah dilakukan bagi pemula. Beli ketika ada penurunan dalam tren naik, dan jual ketika tren sudah berubah turun.
b. Moving Average --> lebih mudah digunakan. Beli ketika harga sudah naik ke atas MA 20 dan MA 50 daily, jual ketika harga menembus ke bawah MA 20 dan MA 50 daily.
c. Hindari beli ketika harga sedang turun, beli hanya ketika pasar sudah benar-benar menyentuh titik dasar (bottom) dan pembalikan tren sudah dipastikan.
8. Pastikan anda berinvestasi dekat posisi dasar dan bukan di posisi puncak pasar.
Ada 2 indikator untuk menentukan apakah pasar sedang berada dekat posisi dasar atau dekat posisi puncak :
a. Indikator 1 : Hindari berinvestasi saat diumumkan berita ekonomi yang baik ; berinvestasilah saat diumumkan berita ekonomi yang buruk. Hampir semua berita ekonomi yang baik merupakan pertanda bahwa pasar sudah mendekati posisi puncak, dan penurunan besar akan terjadi.
b. Berinvestasi hanya pada saat PER di bawah 15 - 20x
9. Tiga langkah melakukan value investing :
a. Kenali perusahaan yang sangat bagus
b. Beli ketika sahamnya murah
c. Tunggu hingga pasar menyadari nilai sebenarnya dari saham tersebut
10. Delapan langkah membeli perusahaan bagus saat harganya turun tajam :
a. Lihat konsistensi pertumbuhan laba bersih
b. Lihat keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dari saham tersebut
c. Utang yang konservatif (maksimal utang jangka panjang adalah 3x laba bersih)
d. ROE di atas 12%
e. Arus kas bebas yang kuat (free cash flow yang melimpah) ---> arus kas bebas = arus kas operasi - capex (capex = capital expenditure, yaitu pengeluaran untuk modal, biasanya suka disederhanakan dengan pembelian alat-alat investasi seperti property, mesin dan alat-alat berat)
f. apakah ada manajemen yang menjual/membeli/memegang sahamnya
g. harga saham berada di bawah nilai intrinsik. Perhitungan nilai intrinsik di buku ini berdasarkan pada proyeksi dari arus kas operasi yang akan kita terima selama 10 tahun ke depan, kemudian dibawa ke nilai sekarang dengan faktor diskonnya adalah bunga bebas resiko (kalo di Indonesia, diasumsikan dengan BI rate). Semua jumlah diskonto arus kas operasi tersebut kemudian dibagi dengan jumlah saham, dan didapatkanlah nilai intrinsiknya.
Untuk lebih detailnya, silakan baca langsung di bukunya, ya.
Tapi saya kurang menyukai valuasi dengan arus kas, krn menurut saya, arus kas lebih susah diproyeksi daripada laba bersih, karena lebih fluktuatif. Selain itu, saya lebih suka menggunakan valuasi dengan metode yang menggunakan EPS atau laba bersih, karena angka-angka EPS dan laba bersih selalu dicantumkan dari tahun ke tahun dalam laporan tahunan, sehingga kita bisa lebih melihat perkembangannya. Sedangkan arus kas dalam beberapa tahun terakhir, agak sulit ditemukan dalam laporan tahunan. Sehingga butuh effort yang lebih berat untuk mendapatkan angka-angkanya...
h. harga saham sedang dalam tren naik
(a). beli saat mulai tren naik ---> harga saham sudah di atas MA 20 dan 50 daily
(b). beli saat saham memasuki konsolidasi dengan volume besar
Tapi mayoritas value investor seperti Warren Buffet, Peter Lynch tidak repot-repot menentukan arah pergerakan saham dengan membaca grafik. Mereka membeli ketika harga saham menurut mereka sudah sangat murah, dan mereka siap mempertahankan saham tersebut hingga bertahun-tahun.
Ok, ini aja rangkuman saya dari buku yang sedang saya baca lagi sekarang ini.
Saya sih menyarankan untuk baca langsung dari bukunya. Pasti akan lebih banyak ilmu yang bs didapat dibandingkan baca tulisan saya ini :)
Melihat posisi IHSG sekarang, MA 20 daily = 4375,31. MA 50 daily = 4566,46.
Berdasarkan buku tsb, kita baru bisa beli IHSG bila IHSG sudah di atas 4566,46, karena IHSG sudah di atas MA 20 dan MA 50 daily-nya. Jadi sekarang ini belum waktunya investasi di IHSG, menurut buku tsb...
Saya coba liat ke saham ya, misalnya SMGR.
MA 20 daily SMGR = 9408,75.
MA 50 daily SMGR = 9676,5.
Berdasarkan buku tersebut, SMGR baru aman untuk dibeli bila sudah di atas 9676,5.
Tapi kalo kita hitung secara MOS, sepertinya SMGR di 9676 sudah ngga ada margin of safety-nya lagi ya... :)))
Sekarang coba liat BBRI.
MA 20 daily BBRI = 9910
MA 50 daily BBRI = 10.000
Berdasarkan buku ini, kita baru boleh beli BBRI ketika harganya sudah di atas 10.000.
valuasi BBRI yang saya dapat = Rp 13,000 , sehingga BBRI 10,000 MOS-nya = 23%.
Padahal BBRI sekarang ini = Rp 9475, alias MOSnya = 27%.
Jadi, mending beli di mana ya?
hehe...
Ini jadi bikin kita harus milih : kalo kita lebih cocok dengan metode value investing, kita mestinya ngga usah repot dengan urusan TA.
Ketika MOS sudah dianggap ok, ya langsung beli aja. Dengan catatan, harus siap untuk hold lama.
Tapi kalo mau beli dengan TA, ya harus siap dengan resiko beli lebih mahal, dan juga harus jual ketika TA-nya sudah menyuruh keluar... :)
Tapi kalo kita sendiri belum tau , kita lebih cocok dengan metode yang mana, nahh itu yang akhirnya bikin investasi kita jadi ngga maksimal hasilnya.. :)
Ini catatan untuk diri saya sendiri juga kok sebetulnya... :)
Saya suka value investing. Tapi menemukan saham bagus, murah dan likuid, itu susah.
Saham bagus dan likuid, biasanya mahal secara PER, krn umumnya adalah saham-saham bluechip dengan kinerja bagus.
Saham bagus dan murah, biasanya ngga likuid, dan ini umumnya saham lapis 2 atau 3.
Dan krn skrg faktor likuiditas jadi syarat utama saya dalam membeli saham, mungkin saya akan lebih banyak membeli saham blue chip dalam portofolio saya, sehingga akhirnya mau ngga mau ya harus pakai TA dalam keputusan investasinya.
Saya menggunakan patokan MA 100 weekly, MA 200 weekly, MA 60 monthly untuk membeli saham bagus di harga yang relatif murah menurut saya, sambil dibandingkan dengan valuasinya juga. Tapi untuk jual, saya selama ini lebih suka jual karena labanya turun, bukan karena TA-nya jelek. TA jelek tapi LK bagus, saya biasanya tetap hold.
IHSG sekarang sudah di bawah MA 200 weekly. Dan dari chart weekly sejak 2004, hanya 2x terjadi posisi IHSG di bawah MA 200 weekly ini. Ketika krisis 2008 dan sekarang ini, 2015.
Jadi, menurut saya, sekarang ini adalah masa berinvestasi yang cukup langka, dan bersyukurlah kita karena diberikan kesempatan ini.
IHSG mungkin aja bisa turun lagi membuat new low. Tapi setiap penurunan ihsg, akan saya gunakan untuk mengumpulkan saham yang bagus, selama saya masih ada cash.
Kalo ngga ada cash lagi, ya diem aja, ngga usah jual2, kecuali kalo mau switching ke saham lain yang lebih bagus.
Sebagai penutup, saya tuliskan beberapa nilai MA 100 Weekly atau MA 200 weekly dari saham-saham yang sudah banyak diincar orang untuk dibeli ya.. untuk valuasi, tolong dihitung sendiri, karena saya hanya fokus ke chartnya aja :)
1. IHSG, MA 100 weekly = 4908 ; MA 200 weekly = 4610
2. SMGR, MA 100 weekly = 15.100 ; MA 200 weekly = 14.000
3. BBRI, MA 100 weekly = 10,500 ; MA 200 weekly = 8896
4. CPIN, MA 200 weekly = 3497
5. BMRI, MA 100 weekly = 9986 ; MA 200 weekly = 9021
6. ASII, MA 200 weekly = 7155
7. INDF, MA 200 weekly = 6357
8. UNTR, MA 200 weekly = 20,869
9. PTBA, MA 100 monthly = 13,569
10. AISA, MA 100 weekly = 1994
11. LPCK, MA 100 weekly = 8445
12. PWON, MA 100 weekly = 405
13. BSDE, MA 100 weekly = 1685
14. PGAS, MA 100 weekly = 4723
15. ADHI, MA 200 weekly = 2163
16. WIKA, MA 100 weekly = 2690
17. PTPP, MA 60 weekly = 3406
18. ICBP, MA 100 weekly = 11,698
19. ROTI, MA 100 weekly = 1191
20. UNVR, MA 100 weekly = 33,312
21. LSIP, MA 200 monthly = 1083
Regards,
V3
mbakbro V3
BalasHapusmau tanya kalau untuk menghitung MOS itu bagaimana ya caranya
Trims mbak
coba liat di sini ya : http://analisa-hargawajar-saham.blogspot.co.id/2015/04/belajar-menganalisa-laporan-keuangan.html ---> di situ ada step-step valuasinya juga..
HapusCoba jawab aja. MOS = (Harga valuasi (13k) - Harga Pasar (10k) ) / Harga Valuasi (13k) ×100%
BalasHapusthanks pak.. kalo saya biasanya ngitung MOS = 1 - (harga sekarang : harga valuasi) x 100%. Hasilnya sama aja kok :)
HapusBuku ini baru saya beli bbrpa bulan yg lalu bu, yup, seperti ibu bilang, yg dibahas adalah saham luar sana, tp conceptnya boleh kita curi! thx for sharing, good reading. kata kunci "INDEX SLALU NAIK JIKA ANDA SABAR MENUNGGU"
BalasHapusiya pak ali.. smoga the worst for ihsg is over ya.. mdh2an sampai januari, ihsg bs naik terus... saya amati bbrp saham yg labanya turun, tp macd weekly-nya sdh golden cross, artinya big fund sdh masuk ke saham2 ini.. misalnya, SMGR, CPIN, PTBA, LSIP, WIKA.. mdh2an aja ini jg sdh tanda bahwa ke depannya, LK akan membaik.. disclaimer :)
HapusWah perempuan bljr shm. Mntbbbbb!
BalasHapusPerempuan ngga kalah lah sm laki2 di zaman sekarang.. fisik mgkin kalah, tp otak dan kesabaran, blm tentu.. hihihi
Hapus